ramadhan sudah berlalu.
dan hari-hari ini, harapan bahwa semangat kesucian tetap menyelimuti setiap pagi setiap hari.. menjadi teman seperjalanan. yah, sebuah ramadhan terbaik dalam tujuh tahun terakhir sudah seharusnya dapat dipelihara.
karena ramadhan yang baik adalah yang mengkukuhkan perubahan.
ada saat dimana diri ini berharap semua dosa jelaga, aib dan kehinaan diri dapat tercuci bersih.. hingga diri ini tak terlalu terhina saat harus kembali menghadap Ia Yang Maha Suci.
Tuhan, kekalkan hamba di jalan cahaya
Friday, November 26, 2004
Friday, November 12, 2004
pesan seorang kristiani..
seorang rekan kristiani saya menyampaikan sebuah pesan lewat email. saya tahu, dia menuliskannya dengan penuh simpati.
"Selamat berkemenangan bagi seluruh umat islam. setelah 30 hari penuh tak cuma menahan dahaga dan lapar, namun yang paling utama adalah melakukan aksi solidaritas terhadap mereka yang papa dan tertindas dengan merasakan dahaga dan kelaparan mereka, saatnya takbir mengudara dengan lembut dan penuh cinta. karena kemenangan anda tak cuma kemenangan personal, tapi kemenangan kolektif umat manusia. Dengan demikian, sayapun ikut terlibat di dalamnya. Hari minggu tanggal 14 november, saat anda melakukan sholat ied di mesjid, sangatlah mungkin saya juga sedang beribadah di gereja. ijinkan saya menaikkan doa syukur pada Allah Bapa atas kemenangan anda".
Bagaimana hati kita harus menyambut pesan seperti ini..?
Mungkin kita terbentur dengan perbedaan akidah, sehingga simpati yang dalam itu hanya bisa kita pandangi--dengan sedikit rasa janggal--tanpa bisa kita sentuh.
Tapi jika kita mencoba melihat dari sisi lain : seorang manusia yang meski memiliki pemahaman yang berbeda akan Tuhan, masih berusaha untuk menjiwai bahwa sesungguhnya seluruh manusia--yang beragama apapun--berdiri sejajar dihadapan Tuhan. Dan karena itulah ia masih yakin bahwa ia bisa berharap keberagamaan yang berbeda tetap dapat menghadirkan kedamaian untuk kemanusiaan yang satu. karena kita semua diciptakan dan dihidupi oleh Tuhan yang Satu--kita sadari ataupun tidak.
Dengan cara pandang seperti ini mungkin simpati itu bisa kita ijinkan memasuki ruang hati. Entahlah, sebenarnya hanya Tuhan yang tahu apa yang ada dalam benak rekan saya itu ketika ia menuliskan pesan diatas.
Bahwa Tuhan itu Satu dan KeesaanNya tak terganggu walau sedikit oleh seperti apapun manusia memahaminya, semoga memastikan kedamaian itu senantiasa ada dalam jiwa setiap insan. Walahu'alam bishshawwab.
"Selamat berkemenangan bagi seluruh umat islam. setelah 30 hari penuh tak cuma menahan dahaga dan lapar, namun yang paling utama adalah melakukan aksi solidaritas terhadap mereka yang papa dan tertindas dengan merasakan dahaga dan kelaparan mereka, saatnya takbir mengudara dengan lembut dan penuh cinta. karena kemenangan anda tak cuma kemenangan personal, tapi kemenangan kolektif umat manusia. Dengan demikian, sayapun ikut terlibat di dalamnya. Hari minggu tanggal 14 november, saat anda melakukan sholat ied di mesjid, sangatlah mungkin saya juga sedang beribadah di gereja. ijinkan saya menaikkan doa syukur pada Allah Bapa atas kemenangan anda".
Bagaimana hati kita harus menyambut pesan seperti ini..?
Mungkin kita terbentur dengan perbedaan akidah, sehingga simpati yang dalam itu hanya bisa kita pandangi--dengan sedikit rasa janggal--tanpa bisa kita sentuh.
Tapi jika kita mencoba melihat dari sisi lain : seorang manusia yang meski memiliki pemahaman yang berbeda akan Tuhan, masih berusaha untuk menjiwai bahwa sesungguhnya seluruh manusia--yang beragama apapun--berdiri sejajar dihadapan Tuhan. Dan karena itulah ia masih yakin bahwa ia bisa berharap keberagamaan yang berbeda tetap dapat menghadirkan kedamaian untuk kemanusiaan yang satu. karena kita semua diciptakan dan dihidupi oleh Tuhan yang Satu--kita sadari ataupun tidak.
Dengan cara pandang seperti ini mungkin simpati itu bisa kita ijinkan memasuki ruang hati. Entahlah, sebenarnya hanya Tuhan yang tahu apa yang ada dalam benak rekan saya itu ketika ia menuliskan pesan diatas.
Bahwa Tuhan itu Satu dan KeesaanNya tak terganggu walau sedikit oleh seperti apapun manusia memahaminya, semoga memastikan kedamaian itu senantiasa ada dalam jiwa setiap insan. Walahu'alam bishshawwab.
Sunday, November 07, 2004
pada para pejuang..
6/10/04
0856234
15:23
Ass.wr.wb.
Sahabat, maafkan segala kesalahan saya. Ijinkan juga saya menyampaikan, sebagaimana Allah mencintai hambaNya yang berjuang dijalanNya, demikianlah hati ini berkata pada sahabat yang bersama antum saya mencoba berjuang dijalanNya. Semoga kita dinaungi ridhaNya, senantiasa.
0856222
17:19
InsyaAllah aku juga mencintai semua pejuang-pejuangNya karena Allah. InsyaAllah karena itu pula air mata ini mengalir untuknya.
0856222
17:24
Karena Allah, aku yakin kita semua siap melepas pergi satu sama lain, seperti hati ini ikhlas dan bahagia melepasnya. Semoga Allah menaungi kita dengan RidhaNya, sampai bertemu di bawah senyumNya :)
29/9/04
0856234
20:36
Ketika kita bekerja karena cinta nurani pada Tuhan dan setiap manusia, hati ini boleh tenang dengan tawakal padaNya. Jangan takut mengecewakan orang lain, tapi takutlah akan pengkhianatan diri sendiri pada nurani, dan ketidakikhlasan dalam bekerja. Ada saat dimana tubuh menjadi lemah, waktu menyempit, langkah melambat, tapi selama kita tetap menuju arah yang benar, pada saatnya kita kan tiba pada ridhaNya.
0856234
15:23
Ass.wr.wb.
Sahabat, maafkan segala kesalahan saya. Ijinkan juga saya menyampaikan, sebagaimana Allah mencintai hambaNya yang berjuang dijalanNya, demikianlah hati ini berkata pada sahabat yang bersama antum saya mencoba berjuang dijalanNya. Semoga kita dinaungi ridhaNya, senantiasa.
0856222
17:19
InsyaAllah aku juga mencintai semua pejuang-pejuangNya karena Allah. InsyaAllah karena itu pula air mata ini mengalir untuknya.
0856222
17:24
Karena Allah, aku yakin kita semua siap melepas pergi satu sama lain, seperti hati ini ikhlas dan bahagia melepasnya. Semoga Allah menaungi kita dengan RidhaNya, sampai bertemu di bawah senyumNya :)
29/9/04
0856234
20:36
Ketika kita bekerja karena cinta nurani pada Tuhan dan setiap manusia, hati ini boleh tenang dengan tawakal padaNya. Jangan takut mengecewakan orang lain, tapi takutlah akan pengkhianatan diri sendiri pada nurani, dan ketidakikhlasan dalam bekerja. Ada saat dimana tubuh menjadi lemah, waktu menyempit, langkah melambat, tapi selama kita tetap menuju arah yang benar, pada saatnya kita kan tiba pada ridhaNya.
Saturday, November 06, 2004
tentang seorang sahabat..
Sesaat lengang.
Wajahnya yang masih saya jumpai kemarin di masjid salman, terbayang. Sejurus kemudian ketulusan dan kesungguhannya dalam meniti perjuangan di kampus tercinta, memenuhi dada ini. Dan, untuk kali pertama dalam hidup, saya merasakan kehilangan yang dalam.
Ya, ia telah pergi, dan kita takkan bisa bertemu lagi disini meski rasa rindu menusuk. Ia takkan ada lagi diantara kita disini. Ada sesal karena tak memberi yang terbaik dalam persahabat yang terjalin erat meski tak lama. Ada sesal karena terkadang ragu dengannya kala ia menjalankan tugasnya. Ada sesal karena tak sempurna mendampingi kala ia kerap bertanya tentang pembelajaran dan kaderisasi. Ada sesal karena akhir-akhir ini abai akan persahabatan yang telah terjalin, karena dijepit tenggat akademis.
Namun..
Dalam sejenak itu, pun terbersit rasa syukur yang haru.. bahwa pernah diri ini mengenalnya. Pernah berbincang erat berdua. Pernah saling membantu, tak ragu tuk berbagi kritik dan pengakuan, saling melengkapi untuk menggenapkan visi bersama. Pernah merasakan semangatnya yang deras, yang semoga menjadi abadi—senantiasa menginspirasi untuk BERGERAK LANJUTKAN PERJUANGANNYA.
Kini,
Lanjutkan perjuangannya adalah satu hal yang bisa saya lakukan. Mengamalkan segala ilmu dan kebenaran yang tiba pada diri kita melaluinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan. Memuliakannya dengan doa dan meneladani seluruh kebaikan pada dirinya mengutuhkan rasa terimakasih kita akan segala jejak kebaikan yang pernah ditorehkannya dalam hidup kita. Ya, bahwa dalam hidup kita seseorang yang mulia pernah singgah adalah sebuah kehormatan. Kehormatan yang harus kita syukuri hingga saat nanti kita dipertemukan kembali, InsyaAllah di JannahNya, dalam dekapan RidhaNya yang abadi.
Sigit, inilah persaksian kami bahwa dirimu mulia!
Ya Rabb, muliakan ia di JannahMu. Naungi ia dengan RahmatMu yang tak berbatas.
AllahuAkbar!
Wajahnya yang masih saya jumpai kemarin di masjid salman, terbayang. Sejurus kemudian ketulusan dan kesungguhannya dalam meniti perjuangan di kampus tercinta, memenuhi dada ini. Dan, untuk kali pertama dalam hidup, saya merasakan kehilangan yang dalam.
Ya, ia telah pergi, dan kita takkan bisa bertemu lagi disini meski rasa rindu menusuk. Ia takkan ada lagi diantara kita disini. Ada sesal karena tak memberi yang terbaik dalam persahabat yang terjalin erat meski tak lama. Ada sesal karena terkadang ragu dengannya kala ia menjalankan tugasnya. Ada sesal karena tak sempurna mendampingi kala ia kerap bertanya tentang pembelajaran dan kaderisasi. Ada sesal karena akhir-akhir ini abai akan persahabatan yang telah terjalin, karena dijepit tenggat akademis.
Namun..
Dalam sejenak itu, pun terbersit rasa syukur yang haru.. bahwa pernah diri ini mengenalnya. Pernah berbincang erat berdua. Pernah saling membantu, tak ragu tuk berbagi kritik dan pengakuan, saling melengkapi untuk menggenapkan visi bersama. Pernah merasakan semangatnya yang deras, yang semoga menjadi abadi—senantiasa menginspirasi untuk BERGERAK LANJUTKAN PERJUANGANNYA.
Kini,
Lanjutkan perjuangannya adalah satu hal yang bisa saya lakukan. Mengamalkan segala ilmu dan kebenaran yang tiba pada diri kita melaluinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan. Memuliakannya dengan doa dan meneladani seluruh kebaikan pada dirinya mengutuhkan rasa terimakasih kita akan segala jejak kebaikan yang pernah ditorehkannya dalam hidup kita. Ya, bahwa dalam hidup kita seseorang yang mulia pernah singgah adalah sebuah kehormatan. Kehormatan yang harus kita syukuri hingga saat nanti kita dipertemukan kembali, InsyaAllah di JannahNya, dalam dekapan RidhaNya yang abadi.
Sigit, inilah persaksian kami bahwa dirimu mulia!
Ya Rabb, muliakan ia di JannahMu. Naungi ia dengan RahmatMu yang tak berbatas.
AllahuAkbar!
menjemput hidup yang baru
malam tadi, bandung hujan lagi. setelah sekian lama.
dan subuh ini ganesha tampak lembab. pohon-pohon yang basah.. rerumputan yang basah berlapis embun.
dan kampus ini--yang rumahku juga--pun tampak sepi. tak sekedar sepi subuh hari. hari ini banyak sudah yang kembali ke kampungnya masing-masing. mudik. menyambut idul fitri di tempat semuanya bermula, kota kelahiran.
saya sendiri, bersyukur sekali masih bisa berada di salman sampai hari fitri itu tiba. dan melewati hari-hari ditemani hujan, pohonan yang menjadi lembab, hening yang mengijinkan pikiran menjadi jernih, adalah rangkaian hari yang sempurna untuk mensempurnakan ramadhan. untuk mengutuhkan perbaikan diri. untuk menjadi diri yang baru. untuk hidup yang lebih baik.
dan semoga, setelah ramadhan ini, kehidupan yang baru akan datang, dimulai. InsyaAllah.
dan subuh ini ganesha tampak lembab. pohon-pohon yang basah.. rerumputan yang basah berlapis embun.
dan kampus ini--yang rumahku juga--pun tampak sepi. tak sekedar sepi subuh hari. hari ini banyak sudah yang kembali ke kampungnya masing-masing. mudik. menyambut idul fitri di tempat semuanya bermula, kota kelahiran.
saya sendiri, bersyukur sekali masih bisa berada di salman sampai hari fitri itu tiba. dan melewati hari-hari ditemani hujan, pohonan yang menjadi lembab, hening yang mengijinkan pikiran menjadi jernih, adalah rangkaian hari yang sempurna untuk mensempurnakan ramadhan. untuk mengutuhkan perbaikan diri. untuk menjadi diri yang baru. untuk hidup yang lebih baik.
dan semoga, setelah ramadhan ini, kehidupan yang baru akan datang, dimulai. InsyaAllah.
Subscribe to:
Posts (Atom)