Sesaat lengang.
Wajahnya yang masih saya jumpai kemarin di masjid salman, terbayang. Sejurus kemudian ketulusan dan kesungguhannya dalam meniti perjuangan di kampus tercinta, memenuhi dada ini. Dan, untuk kali pertama dalam hidup, saya merasakan kehilangan yang dalam.
Ya, ia telah pergi, dan kita takkan bisa bertemu lagi disini meski rasa rindu menusuk. Ia takkan ada lagi diantara kita disini. Ada sesal karena tak memberi yang terbaik dalam persahabat yang terjalin erat meski tak lama. Ada sesal karena terkadang ragu dengannya kala ia menjalankan tugasnya. Ada sesal karena tak sempurna mendampingi kala ia kerap bertanya tentang pembelajaran dan kaderisasi. Ada sesal karena akhir-akhir ini abai akan persahabatan yang telah terjalin, karena dijepit tenggat akademis.
Namun..
Dalam sejenak itu, pun terbersit rasa syukur yang haru.. bahwa pernah diri ini mengenalnya. Pernah berbincang erat berdua. Pernah saling membantu, tak ragu tuk berbagi kritik dan pengakuan, saling melengkapi untuk menggenapkan visi bersama. Pernah merasakan semangatnya yang deras, yang semoga menjadi abadi—senantiasa menginspirasi untuk BERGERAK LANJUTKAN PERJUANGANNYA.
Kini,
Lanjutkan perjuangannya adalah satu hal yang bisa saya lakukan. Mengamalkan segala ilmu dan kebenaran yang tiba pada diri kita melaluinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan. Memuliakannya dengan doa dan meneladani seluruh kebaikan pada dirinya mengutuhkan rasa terimakasih kita akan segala jejak kebaikan yang pernah ditorehkannya dalam hidup kita. Ya, bahwa dalam hidup kita seseorang yang mulia pernah singgah adalah sebuah kehormatan. Kehormatan yang harus kita syukuri hingga saat nanti kita dipertemukan kembali, InsyaAllah di JannahNya, dalam dekapan RidhaNya yang abadi.
Sigit, inilah persaksian kami bahwa dirimu mulia!
Ya Rabb, muliakan ia di JannahMu. Naungi ia dengan RahmatMu yang tak berbatas.
AllahuAkbar!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment