seorang rekan kristiani saya menyampaikan sebuah pesan lewat email. saya tahu, dia menuliskannya dengan penuh simpati.
"Selamat berkemenangan bagi seluruh umat islam. setelah 30 hari penuh tak cuma menahan dahaga dan lapar, namun yang paling utama adalah melakukan aksi solidaritas terhadap mereka yang papa dan tertindas dengan merasakan dahaga dan kelaparan mereka, saatnya takbir mengudara dengan lembut dan penuh cinta. karena kemenangan anda tak cuma kemenangan personal, tapi kemenangan kolektif umat manusia. Dengan demikian, sayapun ikut terlibat di dalamnya. Hari minggu tanggal 14 november, saat anda melakukan sholat ied di mesjid, sangatlah mungkin saya juga sedang beribadah di gereja. ijinkan saya menaikkan doa syukur pada Allah Bapa atas kemenangan anda".
Bagaimana hati kita harus menyambut pesan seperti ini..?
Mungkin kita terbentur dengan perbedaan akidah, sehingga simpati yang dalam itu hanya bisa kita pandangi--dengan sedikit rasa janggal--tanpa bisa kita sentuh.
Tapi jika kita mencoba melihat dari sisi lain : seorang manusia yang meski memiliki pemahaman yang berbeda akan Tuhan, masih berusaha untuk menjiwai bahwa sesungguhnya seluruh manusia--yang beragama apapun--berdiri sejajar dihadapan Tuhan. Dan karena itulah ia masih yakin bahwa ia bisa berharap keberagamaan yang berbeda tetap dapat menghadirkan kedamaian untuk kemanusiaan yang satu. karena kita semua diciptakan dan dihidupi oleh Tuhan yang Satu--kita sadari ataupun tidak.
Dengan cara pandang seperti ini mungkin simpati itu bisa kita ijinkan memasuki ruang hati. Entahlah, sebenarnya hanya Tuhan yang tahu apa yang ada dalam benak rekan saya itu ketika ia menuliskan pesan diatas.
Bahwa Tuhan itu Satu dan KeesaanNya tak terganggu walau sedikit oleh seperti apapun manusia memahaminya, semoga memastikan kedamaian itu senantiasa ada dalam jiwa setiap insan. Walahu'alam bishshawwab.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment