sering saya merasa kalau saya ini sendirian, lonely.
sungguh. itu jelas terasa, bahkan oleh rekan-rekan saya.
tapi, beberapa hari ini,
banyak kesadaran dan gambaran nyata yang hadir di fikiran bahwa ternyata diri ini sangatlah kaya!
sebut saja sebuah contoh.
beberapa hari lalu, ketika lagi sengaja menyendiri untuk kontemplasi ringan, sambil minum susu cokelat di kantin salman, saya menyadari bahwa saya tinggal di tengah lingkungan yang sangat luar biasa indah dan hangat, dengan begitu banyak rekan yang dengan mereka saya sering bekerja sama, teman-teman dan adik yang menghormati saya, dan begitu banyak lagi oranglain yang sangat peduli dengan apa yang sedang saya upayakan untuk tertunai--TA.
dan hari-hari ini, ketika sedang berfikir tentang hari-hari berat yang harus saya lewati dalam dua minggu ke depan, saya menemukan bahwa saat ini hampir semua hal yang mungkin dimiliki seorang mahasiswa tingkat akhir, telah saya miliki! almost perfect!
persahabatan, pengabdian, petualangan, penghormatan, gagal dan kembali bangkit, orangtua yang mendukung, rumah yang hangat, jalan masa depan yang terarah, visi dan pemaknaan hidup yang jelas, komunitas yang mengandalkan, target-target yang menanti dipenuhi, masa lalu yang berarti dan masa depan yang cerah. Apalagi yang bisa lebih baik dari ini..?
dan oleh karena itu,
tersadarlah diri ini bahwa mensyukuri semua itu dengan pengorbanan dan kerja keras di hari-hari ini--demi tertunainya langkah akhir, adalah sebuah kewajiban yang tak mungkin ditawar.
semoga hati ini dapat tetap sadar dan terjaga dalam beberapa hari ke depan yang sangat menentukan wajah masa depan seorang muhammad firman. semoga.
Sunday, August 29, 2004
Tuesday, August 24, 2004
selamat tinggal sanguin!
Ternyata Tuhan hendak menjadikan hari saya kemarin istimewa..
Ketika pertemuan pagi yang singkat dengan inta menghadirkan sebuah kabar, pertemuan kembali dengannya dan mas adi—saudara sepupunya yang juga adalah teman lama saya—pada sore hari hingga maghrib, memberi saya kesadaran yang paling berharga dalam perenungan dua minggu terakhir. Bahwa kekuatan diri ini bersandar pada "kesungguhan jiwa seorang pengabdi"—hal terbaik yang bisa saya peroleh dari kota yang “melahirkan” saya, semarang; sesuatu yang senantiasa tergugah kembali ketika perbincangan serius tentang semarang memenuhi ruang hati sedemikian dalam hingga menyentuh dasarnya—rasa cinta yang tulus.
Dan, kesadaran itu menjadi lengkap ketika diri terdalam menjadi yakin bahwa kualitas itu hanya akan terpelihara dalam jiwa yang “sadar dan terjaga”. Nyatanya, kota sanguin ini telah lama mencabik-cabik kesadaran, melemahkan hati, dan melelapkan diri dalam kemalasan pecundang. Kesadaran itu pada akhirnya menjadikan diri ini tak lagi ragu untuk berkata “selamat tinggal sanguin!”
Dan tentang kota itu, apakah disana tak lagi tersisa apa-apa..? sepertinya tidak begitu. Diri ini lahir di sana, dan di sanalah juga saya dapat senantiasa menemukan kembali jati diri jika hidup membuat jiwa menjadi lelah dan terlelap.
maka sadar dan terjagalah!
Ketika pertemuan pagi yang singkat dengan inta menghadirkan sebuah kabar, pertemuan kembali dengannya dan mas adi—saudara sepupunya yang juga adalah teman lama saya—pada sore hari hingga maghrib, memberi saya kesadaran yang paling berharga dalam perenungan dua minggu terakhir. Bahwa kekuatan diri ini bersandar pada "kesungguhan jiwa seorang pengabdi"—hal terbaik yang bisa saya peroleh dari kota yang “melahirkan” saya, semarang; sesuatu yang senantiasa tergugah kembali ketika perbincangan serius tentang semarang memenuhi ruang hati sedemikian dalam hingga menyentuh dasarnya—rasa cinta yang tulus.
Dan, kesadaran itu menjadi lengkap ketika diri terdalam menjadi yakin bahwa kualitas itu hanya akan terpelihara dalam jiwa yang “sadar dan terjaga”. Nyatanya, kota sanguin ini telah lama mencabik-cabik kesadaran, melemahkan hati, dan melelapkan diri dalam kemalasan pecundang. Kesadaran itu pada akhirnya menjadikan diri ini tak lagi ragu untuk berkata “selamat tinggal sanguin!”
Dan tentang kota itu, apakah disana tak lagi tersisa apa-apa..? sepertinya tidak begitu. Diri ini lahir di sana, dan di sanalah juga saya dapat senantiasa menemukan kembali jati diri jika hidup membuat jiwa menjadi lelah dan terlelap.
maka sadar dan terjagalah!
Monday, August 23, 2004
tak lagi tersisa..
Assalaamu’alaikum wr.wb.
Pagi ini—baru saja—saya melihat suatu hal. Melalui pertemuan singkat dengan inta—seorang teman lama dari semarang—di selasar salman, sebuah pertemuan yang sangat wajar jika disambut dengan terkejut, yang berlangsung sebentar, berusaha santun, dan datar saja, tersampaikanlah pada diri saya sebuah kabar. Tampaknya saya tak lagi punya satu pun sandaran di sana. Tak ada lagi yang menunggu dan membutuhkan saya di sana, tak ada lagi rasa keberartian, dan mungkin tak lagi ada panggilan untuk pulang.
Sekalipun diri ini memang tetap dapat berguna jika ada di sana, tampaknya kalau pun tak ada, semua tetap baik-baik saja. Dan tentunya tak heran jika semua—sahabat, teman lama, adik kelas—dengan kehidupannya masing-masing, pun telah lama menerima bahwa mereka harus hidup tanpa membutuhkan saya.
Dan dari sini semoga saya menjadi lebih dewasa—belajar hidup dengan tanggung jawab yang ada di genggaman, sambil berusaha untuk lebih menerima dan menjalani kesendirian. Toh, cinta itu untuk siapa saja.. dan masa lalu memang ada saatnya luruh dilapukkan waktu sehingga tak lagi bisa dijadikan sandaran.
masa itu ternyata sudah tiba...
Mungkin ini satu dari beberapa hal yang ada di hari-hari ini, yang hadir untuk meyakinkan saya bahwa sudah saatnya melangkah lebih ke depan dan menerima bahwa perlahan tapi pasti, diri ini berubah—menjadi sesuatu yang baru: sepenuhnya baru.
hanya saja saya masih tak bisa menjelaskan
mengapa ada rasa tercekat di tenggorokan..
Pagi ini—baru saja—saya melihat suatu hal. Melalui pertemuan singkat dengan inta—seorang teman lama dari semarang—di selasar salman, sebuah pertemuan yang sangat wajar jika disambut dengan terkejut, yang berlangsung sebentar, berusaha santun, dan datar saja, tersampaikanlah pada diri saya sebuah kabar. Tampaknya saya tak lagi punya satu pun sandaran di sana. Tak ada lagi yang menunggu dan membutuhkan saya di sana, tak ada lagi rasa keberartian, dan mungkin tak lagi ada panggilan untuk pulang.
Sekalipun diri ini memang tetap dapat berguna jika ada di sana, tampaknya kalau pun tak ada, semua tetap baik-baik saja. Dan tentunya tak heran jika semua—sahabat, teman lama, adik kelas—dengan kehidupannya masing-masing, pun telah lama menerima bahwa mereka harus hidup tanpa membutuhkan saya.
Dan dari sini semoga saya menjadi lebih dewasa—belajar hidup dengan tanggung jawab yang ada di genggaman, sambil berusaha untuk lebih menerima dan menjalani kesendirian. Toh, cinta itu untuk siapa saja.. dan masa lalu memang ada saatnya luruh dilapukkan waktu sehingga tak lagi bisa dijadikan sandaran.
masa itu ternyata sudah tiba...
Mungkin ini satu dari beberapa hal yang ada di hari-hari ini, yang hadir untuk meyakinkan saya bahwa sudah saatnya melangkah lebih ke depan dan menerima bahwa perlahan tapi pasti, diri ini berubah—menjadi sesuatu yang baru: sepenuhnya baru.
hanya saja saya masih tak bisa menjelaskan
mengapa ada rasa tercekat di tenggorokan..
Sunday, August 22, 2004
God's Alive and Well
God’s Alive and Well
[billy gilman]
When I see the stars hang in the sky
When I watch a bird spread its wings and fly
And each time I hear the wind blow through the trees
With every breath of air that I breathe
All the things I can't see, still inside I believe
In a baby's laugh, in a mother's eyes
Little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
Just like the earth cradles the moon
How that far away sun makes the flowers bloom
And the joy only heaven can bring to us all
If trouble comes I am safe in the hands
Cause I know there's a plan my heart understands
In a baby's laugh, In a mother's eyes
little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
Call it a little bit of luck
Or just a simple twist of fate
Or we get swept up in the arms
And we can feel it everyday
In a baby's laugh, in a mother's eyes
Little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell
Yes as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
As far as I can tell, God's alive and well
[billy gilman]
When I see the stars hang in the sky
When I watch a bird spread its wings and fly
And each time I hear the wind blow through the trees
With every breath of air that I breathe
All the things I can't see, still inside I believe
In a baby's laugh, in a mother's eyes
Little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
Just like the earth cradles the moon
How that far away sun makes the flowers bloom
And the joy only heaven can bring to us all
If trouble comes I am safe in the hands
Cause I know there's a plan my heart understands
In a baby's laugh, In a mother's eyes
little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
Call it a little bit of luck
Or just a simple twist of fate
Or we get swept up in the arms
And we can feel it everyday
In a baby's laugh, in a mother's eyes
Little miracles around us everyday of our lives
The way the sun lights up the dark
The hope that I feel in my heart
And as far as I can tell
Yes as far as I can tell, God's alive and well
Yeah God's alive and well
As far as I can tell, God's alive and well
Monday, August 16, 2004
hari-hari yang berat
hari-hari ini.. masa yang tujuh tahun itu seperti memadat.. dalam gerakan waktu jam ke jam hari ke hari. semua seperti kilas balik yang deras dari masa remaja hingga kini--dan bahkan bayangan masa depan pun berkilasan membangkitkan harapan di tengah gelisah, cekam, dan keserbatakpastian.
ya, ini tentang tuntutan akademik yang tinggal selangkah itu--dan tak juga kunjung terpijak. langkah itu seperti tertahan oleh begitu banyak hal yang tidak sepenuhnya dimengerti, tak bisa diceritakan. sementara itu, satu satu temanku memberikan dorongan, penghormatan, doa.
dan juga sementara itu, aku hanya bisa mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa dalam hari-hari yang tak banyak lagi--seakan menjemput kematian--aku hanya perlu memastikan bahwa jiwaku menjalaninya dengan sepenuh kesantunan. tetap berusaha, mengisi jam demi jam, menjaga jarak tetap dekat pada Tuhan, memaksa diri bertahan dalam deraan, sambil tetap tak bisa memalingkan wajah dari kenyataan bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa dikendalikan membentuk hari-hari seorang manusia--dan seakan menentukan nasibnya.
aku hanya ingin menemukan diriku, di ujung jalan nanti, berdiri menerima apa yang layak kuterima. dan ketika itu, nurani ini pun mengetahui bahwa sebagai seorang manusia dewasa, aku telah berusaha sekeras yang ku bisa untuk mewujudkan : di tengah kemerdekaan mengisi hidup--sebuah prinsip yang coba ku tanam dalam-dalam di diri ini--aku pun berusaha mengutuhkannya dengan menunaikan tanggungjawabku pada orang-orang yg sebagian sedih dan gembiranya disandarkan pada tindakan dan usaha-usahaku.
semua orang memang tak mau kecewa, dan karenanya tak ingin dikecewakan.
karena itu, semoga aku layak untuk menulis ini :
Saksikanlah, Aku akan menang!!!
ya, ini tentang tuntutan akademik yang tinggal selangkah itu--dan tak juga kunjung terpijak. langkah itu seperti tertahan oleh begitu banyak hal yang tidak sepenuhnya dimengerti, tak bisa diceritakan. sementara itu, satu satu temanku memberikan dorongan, penghormatan, doa.
dan juga sementara itu, aku hanya bisa mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa dalam hari-hari yang tak banyak lagi--seakan menjemput kematian--aku hanya perlu memastikan bahwa jiwaku menjalaninya dengan sepenuh kesantunan. tetap berusaha, mengisi jam demi jam, menjaga jarak tetap dekat pada Tuhan, memaksa diri bertahan dalam deraan, sambil tetap tak bisa memalingkan wajah dari kenyataan bahwa betapa banyak hal yang tidak bisa dikendalikan membentuk hari-hari seorang manusia--dan seakan menentukan nasibnya.
aku hanya ingin menemukan diriku, di ujung jalan nanti, berdiri menerima apa yang layak kuterima. dan ketika itu, nurani ini pun mengetahui bahwa sebagai seorang manusia dewasa, aku telah berusaha sekeras yang ku bisa untuk mewujudkan : di tengah kemerdekaan mengisi hidup--sebuah prinsip yang coba ku tanam dalam-dalam di diri ini--aku pun berusaha mengutuhkannya dengan menunaikan tanggungjawabku pada orang-orang yg sebagian sedih dan gembiranya disandarkan pada tindakan dan usaha-usahaku.
semua orang memang tak mau kecewa, dan karenanya tak ingin dikecewakan.
karena itu, semoga aku layak untuk menulis ini :
Saksikanlah, Aku akan menang!!!
Wednesday, August 11, 2004
jaman berganti
beberapa hari lalu, saya diminta bicara sedikit tentang OSKM sejak 98-2003, di hadapan seratus dua ratus panitia lapangan. ceritanya mereka sedang diklat kemahasiswaan. Sebentar saja saya bicara.. tak lebih dari 20 menit. tapi dari momen itu, tersentak saya akan suatu rasa yang tiba-tiba masuk ke dada saya : betapa jaman sudah berganti, dan bahasa kami pun tlah berbeda.
Subscribe to:
Posts (Atom)